Pada Jumat, 20 Juni 2025, Presiden Prabowo Subianto tidak menghadiri KTT G7 yang diselenggarakan di Kanada. Sebagai gantinya, beliau memilih untuk melakukan kunjungan ke Rusia dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, memberikan pandangannya terkait keputusan Presiden Prabowo untuk tidak menghadiri KTT tersebut. Menurut Eddy, langkah tersebut merupakan keputusan terbaik di tengah ketegangan antara Israel dan Iran.
Menurut Eddy, ketidakhadiran Presiden Prabowo dalam KTT G7 merupakan langkah diplomasi yang tepat untuk merespons kondisi di Timur Tengah. Selain itu, Eddy menyoroti fakta bahwa negara-negara G7 mendukung Israel dengan alasan membela diri. Di sisi lain, Presiden Prabowo memilih untuk hadir dalam St. Petersburg International Economic Forum 2025 atas undangan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Eddy menegaskan bahwa kehadiran Presiden Prabowo dalam acara tersebut merupakan langkah penting dalam menegaskan posisi strategis Indonesia di tingkat global. Dia percaya bahwa pertemuan antara Prabowo dan Putin akan membahas respons terhadap konflik Israel-Palestina dan upaya meredakan ketegangan di Timur Tengah. Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menjelaskan bahwa ketidakhadiran Prabowo dalam KTT G7 disebabkan oleh benturan jadwal dengan undangan strategis lainnya, termasuk kunjungan kenegaraan ke Rusia dan Singapura.
Hasan menegaskan bahwa Prabowo menerima banyak undangan kehormatan dari berbagai negara, namun beberapa undangan tersebut bersamaan dalam waktu yang berbeda. Pada KTT G7, negara-negara G7 menegaskan komitmennya terhadap perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dengan menyatakan Iran sebagai sumber ketidakstabilan dan teror di kawasan itu. Mereka juga mengungkapkan dukungan terhadap keamanan Israel. Kesimpulannya, keputusan Prabowo untuk tidak menghadiri KTT G7 dan memilih kunjungan ke Rusia adalah langkah diplomasi yang strategis untuk Indonesia.