Partai Ulama: Potensi Komoditas Politik yang Menjanjikan

by -15 Views

Manuver Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP Romahurmuziy alias Rommy menjelang Muktamar menuai kritik dari kader partai. Kecaman terkait manuver Rommy berkaitan dengan munculnya isu pengambil alihan PPP oleh pengusaha nasional Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam. Kader PPP merasa gerah dengan manuver Rommy yang juga mencuat dalam podcast salah satu media mengenai skenario figur eksternal Amran Sulaiman sebagai calon ketua umum. Salah satu kader PPP, Wahyudin, mengungkapkan rasa malu atas dinamika menjelang Muktamar PPP yang disebabkan oleh manuver Rommy yang terkesan ‘mengobral’ PPP. Wahyudin juga mengingatkan peristiwa Pilkada Jakarta 2017 saat PPP DKI Jakarta dipaksa Rommy untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama di putaran kedua. Wahyudin dan beberapa kader PPP DKI saat itu melawan keputusan Rommy dengan memilih pemimpin muslim sebagai bentuk penolakan terhadap pengaruh eksternal. Wahyudin menyatakan harapannya agar Rommy yang sudah bebas dari penjara bisa bertaubat dan tidak kembali membuat kekacauan. Dia berpendapat bahwa Rommy tidak memiliki kapasitas moral untuk menjadi rujukan terkait PPP, dan para muktamirin harus menentukan masa depan PPP di Muktamar mendatang. Kader PPP ingin bekerja untuk mengembalikan kejayaan partai tanpa dijadikan sebagai alat dagang oleh Rommy dan kelompoknya.

Source link