Pertemuan antara Presiden RI, Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah/2025, menjadi momen penting bagi perjalanan kebangsaan Indonesia. Pertemuan ini merupakan upaya bersama untuk membangun bangsa dan negara dengan semangat persatuan dan gotong-royong. Amir Hamzah, seorang Pengamat Intelijen dan Geopolitik, menilai bahwa pertemuan tersebut mencerminkan kesadaran akan perlunya konsolidasi kekuatan nasional dalam menghadapi tantangan kompleks dalam mengelola negara.
Menurut Amir, Indonesia saat ini sedang di persimpangan sejarah yang memerlukan kekuatan nasional yang solid. Hal ini dikarenakan Indonesia dihadapkan pada tantangan global yang tidak ringan, seperti geopolitik yang memanas, tekanan ekonomi global, transformasi teknologi, dan ancaman disintegrasi sosial. Oleh karena itu, kekuatan nasional menjadi hal yang sangat penting dalam situasi seperti ini.
Menariknya, Amir juga mengungkapkan bahwa ada peran penting dari Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, serta Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam), Budi Gunawan dalam mempertemukan Prabowo dan Megawati di Teuku Umar. Pertemuan tersebut bukan hanya sebagai upaya untuk membangun konsolidasi kekuatan nasional, tetapi juga sebagai simbol penting dari persatuan di atas kepentingan golongan dan ego politik.
Dalam konteks geopolitik, Amir juga menekankan pentingnya Indonesia menyatukan kekuatan internal untuk menghadapi tantangan eksternal. Dia berharap agar semua elemen dapat menjaga semangat kebangsaan yang inklusif dan berorientasi pada kepentingan nasional. Keselarasan dan rekonsiliasi antara elite politik akan menjadi penentu bagi masa depan Indonesia sebagai kekuatan baru di kawasan maupun dunia. Apakah pertemuan Prabowo dan Megawati ini akan membawa pembangunan nasional yang berkelanjutan atau hanya pencitraan belaka, hal tersebut akan teruji oleh waktu dan kebijakan yang akan dilaksanakan ke depan.
