Solusi Ketahanan Pangan Melalui Trisakti dan Kearifan Adat

by -129 Views

Ketahanan Pangan di Indonesia

Topik ketahanan pangan selalu menjadi perhatian para pemimpin Indonesia sejak era Soekarno hingga Prabowo Subianto. Ketahanan pangan merupakan isu yang penting bagi keberlangsungan hidup suatu bangsa. Menurut Presiden Sukarno, pangan adalah soal hidup-mati suatu bangsa, dan jika kebutuhan pangan rakyat tidak terpenuhi, maka akan terjadi malapetaka. Oleh karena itu, diperlukan usaha besar, radikal, dan revolusioner dalam menjaga ketahanan pangan.

Ketahanan pangan memiliki dimensi yang kompleks. Menurut Badan Pangan Dunia, FAO, ketahanan pangan merupakan kondisi di mana setiap orang memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi sesuai kebutuhan mereka untuk menjalani kehidupan yang sehat dan aktif. Pemerintah Indonesia juga telah mendefinisikan ketahanan pangan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara hingga perseorangan, yang mencakup ketersediaan pangan yang cukup, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan meliputi aspek ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas.

Ketahanan pangan harus menjadi perhatian utama dalam upaya mencapai kemandirian pangan. Saat ini, Indonesia masih menghadapi ketergantungan yang tinggi terhadap impor pangan, seperti gandum, kedelai, dan beras. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat dikatakan sebagai negara agraris yang memiliki ketahanan pangan yang kuat.

Pada masa Orde Baru, Indonesia pernah dianggap mampu mencapai swasembada pangan, namun hal ini terbatas pada komoditas beras. Penggunaan teknologi pertanian yang mengandalkan pupuk kimia, pestisida kimia, dan benih padi hibrida meningkatkan produktivitas, namun juga meningkatkan ketergantungan petani pada bahan kimia tersebut. Dampak dari Revolusi Hijau adalah hilangnya keberagaman varietas lokal, menurunnya kualitas lahan, dan berkurangnya minat kaum muda untuk berkecimpung dalam pertanian.

Untuk menjaga ketahanan pangan, penting untuk kembali kepada kearifan lokal. Berbagai komunitas adat di Indonesia, seperti suku Baduy di Jawa Barat dan Desa Tenganan Pegringsingan di Karangasem Bali, telah berhasil menjaga ketahanan pangan mereka dengan menjaga kelestarian alam dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Mereka tidak hanya fokus pada penyediaan pangan, tetapi juga mempertimbangkan keseimbangan dan kelestarian alam demi kehidupan yang berkelanjutan.

Menciptakan model kebudayaan ketahanan pangan yang berkelanjutan membutuhkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pertanian. Melalui pendekatan yang mengintegrasikan kearifan lokal dengan teknologi modern, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dengan memulai dari hal-hal kecil dan nyata, kita dapat membangun fondasi yang kokoh untuk ketahanan pangan Indonesia ke depan.

Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat