Gibran Menang dengan Nilai 9

by -125 Views

Jakarta – Guru Besar Universitas Binus, Tirta Nugraha Mursita memberikan penilaian terhadap setiap pasangan calon wakil presiden (cawapres) dalam debat yang diadakan pada Jumat malam, 22 Desember 2023. Dia juga menegaskan bahwa debat semalam memperlihatkan banyak kejutan.

Menurut Tirta, penampilan dari cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, dianggap buruk. “Seringkali tidak fokus dalam menyampaikan visi dan misinya maupun saat menjawab pertanyaan. Ada kesan menganggap remeh lawan,” tulis Tirta dalam keterangannya, pada Sabtu, 23 Desember 2023.

Bahkan saat diminta bertanya, Cak Imin seolah menjadi “jubir” cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, karena mempersilakan Gibran menyampaikan tips dan trik sukses sebagai wali kota Solo. Ketika ditanya gagasan tentang perdagangan, Cak Imin menyampaikan bahwa harus meningkatkan kualitas produksi dalam negeri agar bisa bersaing. “Namun hal ini juga masih mengambang. Upaya yang ada selama ini masih bersifat parsial, tumbuh sendiri-sendiri dan tidak ada gerakan terstruktur,” ungkap Cak Imin.

Pasangan dari Anies Baswedan mendorong diplomasi agar lebih ekspansif dengan “menylepet” para duta besar dalam melakukan tugasnya agar tidak hanya normatif semata. “Dalam pernyataan pembukaan maupun penutupnya, Cak Imin banyak mengeluarkan jargon-jargon yang tidak dijelaskan secara komprehensif,” kata Tirta. Akibatnya, menurut Guru Besar Binus, Cak Imin tidak menambah kualitas debat secara substansi maupun penampilan sebagai seorang calon wakil presiden. “Saya menilai penampilan Cak Imin: 6,” ujar Tirta.

Sebaliknya, penampilan Gibran justru dianggap sangat baik dan di luar dugaan banyak orang. Putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dianggap menjungkirbalikkan anggapan masyarakat bahwa ia takut berdebat. “Gibran menguasai substansi, penuh percaya diri, humble namun tetap simpatik,” ucap Tirta. Dengan pengalaman sebagai wali kota Solo, sangat membantu memahami dan menyampaikan apa yang telah dikerjakan sehingga tidak mengawang-awang. Ide tentang keberlanjutan, percepatan, dan penyempurnaan relatif dapat disampaikan dengan lancar dan mudah dicerna publik awam sekalipun. Narasi tentang pembangunan infrastruktur fisik, sosial, kemanusiaan yang seimbang, hilirisasi nikel, hingga digital sampai soal stunting, tersampaikan secara runut dan terlihat logis. “Sosok seorang muda terkuak dari penampilan dalam debat kali ini,” sambungnya. Gibran, menurut Tirta, menunjukkan sosok yang paling mengerti anak muda dibandingkan Cak Imin dan Mahfud MD.

Dengan penampilan penuh percaya diri ini, Tirta memberikan Gibran nilai “9”.

Sementara itu, penampilan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, jauh dari kapasitas seorang intelektual dan seorang menteri yang berpengalaman, menurut Tirta. “Pernyataan pembukaan terlihat tidak terlalu fokus dan out of topic debat kedua kali ini,” katanya. Dalam merespons pertanyaan, Tirta juga menyebut bahwa Mahfud seringkali memiliki pembukaan terlalu panjang, sedangkan substansi yang disampaikan tidak menjawab pertanyaan.

“Blunder dalam mengkritik duta besar yang tidak bekerja semestinya karena kurang kompeten yang disebkan proses rekrutmen yang jelek,” ucap Tirta. Tirta menegaskan bahwa hal seperti itu seharusnya tidak perlu disampaikan, apalagi ketika diberikan kesempatan menjelaskan gagasan tentang upaya optimalisasi perjanjian perdagangan internasional dalam rangka peningkatan ekspor. Pukulan telak bagi Mahfud adalah ketika Gibran menanyakan soal regulasi carbon captured yang tidak bisa dijawab, menurut Tirta. “Semestinya lebih baik mengakui bila tidak paham dibandingkan jawaban melebar kemana-mana menandakan ketidakpahaman beliau. Secara umum terlihat Pak Mahfud tidak terlalu menguasai isu ekonomi dan perdagangan.”

Oleh sebab itu, Tirta menilai Mahfud hanya mendapatkan angka “7”. “Dengan demikian, pemenang debat kedua malam ini adalah Gibran cawapres nomor urut 2. Disusul kemudian Pak Mahfud dan Cak Imin yang harus rela menduduki dasar klasemen,” pungkasnya.