Jakarta – Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Nusron Wahid mengungkapkan bahwa keputusan Prabowo Subianto untuk masuk ke pemerintahan Jokowi bukan karena tidak tahan menjadi oposisi. Menurutnya, Prabowo memilih berhenti menjadi oposisi demi rekonsiliasi nasional.
Demikian disampaikan Nusron menanggapi pernyataan calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan yang sempat menyebut bahwa Prabowo tidak kuat menjadi oposisi karena tidak bisa berbisnis.
“Pak Prabowo masuk ke pemerintahan bukan karena tidak tahan oposisi. Apalagi karena selama oposisi tidak bisa berbisnis. Tapi, karena panggilan bangsa dan sejarah,” kata Nusron dalam keterangannya.
Nusron menambahkan, langkah Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi merupakan bentuk upaya mengatasi perpecahan di masyarakat setelah Pemilu 2019. Dia menyatakan bahwa Prabowo menjadi bagian dari aktor negara dan sejarah pada tahun 2019.
“Karena kebutuhan untuk mengatasi problem bangsa akibat keterbelahan pascapilpres 2019. Negara tidak boleh pecah dan terbelah sehingga dibutuhkan jiwa besar Pak Prabowo untuk bersedia bergabung dalam pemerintahan Jokowi. Ini adalah bentuk rekonsiliasi nasional,” jelas Nusron.
Pun, dia menegaskan bahwa langkah bergabungnya Prabowo ke pemerintahan bukan bentuk pragmatisme atau hanya mencari keuntungan semata. Namun, demi persatuan dan kesatuan Indonesia serta masa depan demokrasi di Indonesia.
Menurut Nusron, dampak bergabungnya Prabowo ke dalam pemerintahan telah terbukti dengan situasi politik menjadi lebih kondusif. Dia menyampaikan hal itu merupakan bentuk jiwa besar yang dimiliki Prabowo meskipun kalah dalam Pilpres 2019.
“Ini yang jarang dimiliki oleh pemimpin lain di Indonesia. Sementara, setiap pemilihan kepala desa saja, yang kalah biasanya musuhan. Sampai tidak mau omong-omongan bertahun-tahun. Tapi ini Pak Prabowo tidak sama sekali. Berangkulan dengan Pak Jokowi dan membangun pemerintahan bersama,” imbuhnya.