Mencampur tembakau dengan ganja dapat mengacaukan struktur kimia otak manusia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti di McGill University, Kanada. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Drug and Alcohol Dependence Reports. Para peneliti menemukan bahwa penggunaan tembakau bersamaan dengan ganja berkaitan dengan peningkatan kadar enzim otak bernama FAAH (fatty acid amide hydrolase) yang mengatur endocannabinoid, zat kimia alami yang memengaruhi suasana hati, motivasi, dan keseimbangan emosi.
Hubungan erat antara ganja dan tembakau tampak dalam perilaku dan aspek biologisnya. Sekitar 80% pengguna ganja juga mengonsumsi produk tembakau, baik dengan mencampur keduanya atau merokok bergantian. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan kronis salah satu zat tersebut saja dapat mengganggu sistem endocannabinoid yang membantu tubuh mengatur stres dan rasa senang.
Namun, penelitian belum pernah menyelidiki efek kombinasi ganja dan tembakau terhadap aktivitas FAAH di otak manusia. Tim peneliti merekrut orang dewasa muda yang menggunakan ganja minimal empat hari seminggu untuk mengukur aktivitas FAAH di berbagai area otak penting. Hasil menunjukkan bahwa kelompok pengguna ganja dan tembakau memiliki aktivitas FAAH yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna ganja saja, terutama di wilayah otak yang berperan dalam pengaturan gerak dan emosi.
Peningkatan aktivitas FAAH ini dapat berhubungan dengan gejala putus zat yang lebih berat, kecemasan yang lebih parah, dan ketergantungan yang lebih kuat pada mereka yang menggunakan ganja dan tembakau secara bersamaan. Peneliti menduga bahwa tembakau mungkin memperkuat sistem endocannabinoid terhadap ganja, memaksa otak untuk memproduksi lebih banyak FAAH. Studi ini mendorong penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan pemetaan kelompok pengguna ganja saja, tembakau saja, keduanya, dan non-pengguna.
