Menjadi orang tua merupakan tahap penting dalam kehidupan berpasangan yang sering dianggap sebagai puncak kebahagiaan. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, ada pergeseran yang tak selalu mudah dalam cara pasangan mencintai satu sama lain. Penelitian psikologi selama beberapa dekade memberikan hasil yang bertolak belakang tentang dampak kelahiran anak terhadap hubungan romantis. Beberapa studi menyatakan bahwa menjadi orang tua bisa mempererat ikatan antara pasangan, sementara temuan lain menunjukkan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak cenderung memiliki hubungan yang lebih stabil karena beban emosional, kelelahan permanen, dan tekanan finansial.
Untuk menjawab kebingungan ini, sekelompok ilmuwan dari Universitas Wroclaw, Polandia, melakukan studi lintas budaya terbesar sejauh ini dengan judul “Is Family Size Related to Love? Data from 25 Countries.” Mereka menganalisis data dari lebih dari 3.100 partisipan di 25 negara dan menggunakan Sternberg Triangular Love Scale untuk menilai cinta romantis pasangan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan yang memiliki anak melaporkan tingkat cinta romantis yang lebih rendah dibanding mereka yang belum memiliki anak.
Peneliti juga menemukan bahwa penurunan cinta romantis pasangan yang telah memiliki anak terutama terlihat pada aspek keintiman dan gairah, sementara aspek komitmen tidak mengalami perbedaan signifikan. Meskipun demikian, penurunan ini tidak berkaitan dengan jumlah anak yang dimiliki. Menjaga hubungan romantis setelah memiliki anak membutuhkan kesadaran dan upaya ekstra karena tekanan finansial, kelelahan, dan kebutuhan anak dapat mengikis kedekatan emosional dan keintiman antarpasangan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini mengingatkan bahwa menjaga cinta setelah menjadi orang tua merupakan proses yang membutuhkan komitmen dan usaha bersama.
