VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

by -134 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Angkatan Bersenjata Indonesia]

Yos Sudarso bercita-cita untuk menjadi seorang prajurit sejak kecil, meskipun orang tuanya lebih ingin dia menjadi seorang guru. Yos Sudarso akhirnya mewujudkan impian tersebut setelah pemerintah Jepang membutuhkan personil militer tambahan untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Ia kemudian mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Laut di Semarang dan mengikuti pendidikan militer kapal perang dengan Angkatan Laut Jepang, dan lulus sebagai salah satu mahasiswa terbaik. Ia kemudian bertugas di salah satu kapal perang militer Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat di sektor maritim (BKR Laut), yang kemudian menjadi bagian dari Angkatan Laut Indonesia.

Selama karirnya, Yos Sudarso bertugas dalam berbagai operasi militer untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di wilayah Republik Indonesia. Ia memimpin beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti KRI Rajawali, KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Pattimura, dan KRI Macan Tutul. Pada tahun 1958, ia juga menjadi seorang hakim di pengadilan militer selama empat bulan.

Pada akhir tahun 1961, Presiden Sukarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA), yang termasuk operasi di Laut Aru dekat Maluku untuk mendukung misi pembebasan Papua Barat dari Belanda. Saat itu, Yos Sudarso menjabat sebagai Wakil Kepala Operasi Angkatan Laut (KSAL). Ada tiga KRI yang terlibat dalam operasi rahasia di perairan Maluku, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Yos Sudarso memimpin KRI Macan Tutul.

Tiga kapal perang besar dengan persenjataan lengkap milik armada perang Belanda merasakan gerakan Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru. Yos Sudarso memerintahkan tiga KRI tersebut untuk mundur sementara, namun Belanda mengira itu adalah manuver untuk menyerang dan kemudian membuka tembakan.

Mesin KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Yos Sudarso tiba-tiba rusak di tengah upaya penyelamatan. Pikiran cepatnya menentukan bahwa Yos Sudarso tidak bisa menyelamatkan kapalnya, tetapi bisa menyelamatkan dua lainnya. KRI Macan Tutul yang dipimpinnya kemudian menempatkan dirinya di antara kapal perang Belanda sebagai perisai sehingga dua KRI lain bisa menyelamatkan diri. Tembakan kedua kapal Belanda menghantam KRI Macan Tutul, menimbulkan kebakaran, dan tenggelam perlahan.

Yos Sudarso meninggal bersama 24 pria lainnya dalam misi dengan KRI Macan Tutul dalam pertempuran di Laut Aru. Ia mengorbankan nyawanya dalam tugas demi kepentingan negara pada usia muda 36 tahun.

Source link