Sabtu, 11 Mei 2024 – 00:02 WIB
Jakarta – Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diisukan akan berduet dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2024. Rencana ini dianggap sebagai sebuah eksperimen yang berani.
Guru Besar Ekonomi Politik, Didik J Rachbini mengatakan, kerjasama mereka akan membersihkan citra politik menuju polarisasi radikal agama atau radikal sekuler.
“Konsep politik yang menggabungkan Anies dan Ahok di Jakarta adalah suatu eksperimen yang baik dan berani untuk membersihkan citra politik menuju polarisasi radikal agama atau radikal sekuler. Radikal sekuler di sini mirip dengan radikal kiri yang anti agama,” kata Didik dalam keterangannya pada Jumat, 10 Mei 2024.
Rektor Universitas Paramadina ini menyatakan bahwa peluang Anies dan Ahok untuk bersatu sangat mungkin terjadi karena beberapa faktor. Pertama, Anies sebenarnya merupakan individu yang religius namun tidak radikal seperti yang dipersepsikan ketika mengikuti Pilgub DKI sebelumnya.
Kedua, Ahok diakui sebagai sosok yang temperamental, kadang-kadang kontroversial di dunia politik. Namun menurut Didik, Ahok adalah seorang nasionalis yang tercermin dari sejarah karier politiknya.
“Ketiga, tidak ada faktor pendorong yang mengarahkan keduanya ke radikalisme karena Anies sudah mampu tampil dalam pemilihan presiden dengan citra nasionalis religius yang biasa. Keempat, Ahok juga akan dapat diterima oleh publik,” jelasnya.
Didik menilai bahwa Anies dan Ahok akan berpikir positif jika mereka memahami gagasan ini dari berbagai pihak yang bertujuan menjadikannya sebagai simbol kesatuan dari keduanya.
“Anies memiliki potensi besar untuk menang jika tidak kita sebut hampir 100 persen. Anies memiliki prestasi di Jakarta, meskipun mendapat banyak kritik, Jakarta menjadi lebih baik dan banyak masalah terselesaikan, itu juga bagian dari prestasinya. Dan Anies semakin populer ketika menjadi calon presiden,” ujarnya.
Didik berpendapat, jika Anies tidak terlibat dalam politik dalam lima tahun ke depan, maka kemungkinan besar namanya akan terlupakan. Karena Anies bukan pemimpin partai politik.
“Anies bukan pemimpin partai politik seperti Prabowo Subianto atau Jusuf Kalla pada masanya. Oleh karena itu, terlibat dalam politik di Jakarta adalah peluang baik, bukan hanya bagi karir pribadi tapi juga bagi bangsa untuk tahun 2029 nanti,” tambahnya.