Anas Urbaningrum Menegaskan Pentingnya Memulihkan Kesejahteraan Ojol

by -141 Views

Selasa, 9 Januari 2024 – 08:28 WIB

Jakarta – Ojek Online (Ojol) telah menjadi alternatif pekerjaan yang diminati oleh masyarakat dalam 10 tahun terakhir. Data yang dirilis oleh Asosiasi Ojek Online GARDA menunjukkan bahwa jumlah driver Ojol di Indonesia telah mencapai sekitar 4 juta orang, lebih banyak daripada jumlah nelayan. Secara keseluruhan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merupakan pasar bagi 70% angkutan online di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri lebih dari 20 juta masyarakat adalah pengguna angkutan online.

Pekerjaan Ojol juga menjadi faktor penggerak peningkatan pengguna produk IT, karena setiap driver Ojol pasti memiliki smartphone dengan semua fasilitas teknologi yang melekat pada perangkat tersebut.

Namun, di balik tren pekerjaan Ojol ini, terdapat keprihatinan yang tersembunyi. Sumbernya berasal dari posisi tawar driver yang semakin lemah terhadap aplikator, yang tercermin dari semakin kecilnya pembagian hasil antara driver dan aplikator.

“Berdasarkan riset kami, hampir 30% hasil kembali ke aplikator, sementara driver hanya memperoleh 70% dari hasil kerja bersama, padahal dulu di awal-awal porsi driver mencapai 90% dari total hasil yang diperoleh. Ini kan tidak fair, karena aplikator hanya menyediakan sistem, sementara tenaga, alat kerja (motor/mobil), dan bensin adalah tanggung jawab driver,” tegas Ketua Umum PKN Anas Urbaingrum di sela-sela kegiatannya di Jakarta, Senin (8/1/2024).

“Dengan posisi di atas, yang lebih masuk akal adalah seorang driver harus dipandang sebagai mitra penuh oleh aplikator, bukan karyawan yang terus dikurangi porsi pembagiannya,” sambung Anas.

Berbagai tinjauan memang menyebutkan bahwa di era IT ini telah terjadi model kapitalisme yang lebih ganas dalam mengakumulasi kapital dibandingkan dengan era-industrial sebelumnya. Posisi orang-orang terkaya di dunia didominasi oleh konglomerat IT yang sanggup mengakumulasi jauh lebih cepat dan lebih besar dibandingkan para pendahulunya.

“Ada jargon, Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci, itu benar. Tetapi kita harus melihatnya lebih proporsional demi menegakkan keadilan. Yang berkeringat di jalan adalah driver, yang berisiko jika kendaraannya kecelakaan ya driver, yang harus membeli bensin setiap hari ya driver sendiri. Driver memilih menjadi Ojol karena tidak ada pilihan yang lebih baik, rasanya tidak adil menghisap keringat mereka lebih banyak lagi,” lanjut mantan Ketua Umum PB HMI ini.

Ditanya tentang program nyata PKN bagi Ojol, Anas menegaskan “Jika PKN menang, partai ini akan memperjuangkan driver Ojol mendapatkan kembali kesejahteraannya, 90% penghasilan merupakan hak driver yang memiliki semuanya, kecuali sistem. 10% itu sudah cukup besar bagi aplikator, itu namanya keadilan,” pungkasnya.