Kenaikan Elektabilitas Prabowo Bukan Hanya Berkat Strategi Kampanye yang Canggih tetapi Juga Karena Kesalahan PDIP

by -247 Views

Jakarta – Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden telah menjalani masa kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 selama seminggu. Dari hasil survei sebelum kampanye, elektabilitas pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto, masih unggul dibandingkan dua rivalnya, yaitu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Pakar politik Burhanuddin Muhtadi menganalisis kenaikan elektabilitas Prabowo sebelum kampanye. Dia merujuk pada hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi sebelum kampanye mencapai 75,8 persen.

“Kira-kira 25 persen dari responden yang tidak puas. Jadi, sebelumnya, kelompok ini cenderung lebih mendukung Anies Baswedan,” ujar Burhanuddin dalam program Kabar Petang tvOne yang dikutip oleh VIVA pada Selasa malam, 5 Desember 2023.

Menurutnya, Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDIP telah mendekati narasi perubahan yang identik dengan Anies Baswedan. Berdasarkan hasil survei terakhir Indikator Politik Indonesia, Anies dan Ganjar terlibat dalam perebutan segmen kecil sebesar 25 persen.

“Kolam yang besar adalah kelompok yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi, sekitar 75 persen. Sedangkan, kolam yang kecil adalah segmen yang puas dengan kinerja Jokowi,” jelas Burhanuddin.

Menurutnya, hasil survei menunjukkan bahwa Prabowo dapat mendominasi segmen kelompok besar yang puas dengan Jokowi, terutama setelah Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo.

“Dalam segmen pemilih yang tidak puas, Prabowo juga masih mampu untuk mendapat dukungan, terutama dari loyalis lamanya,” ujar Burhanuddin.

Menurutnya, kenaikan elektabilitas Prabowo bukan hanya dikarenakan kecanggihan kampanye Prabowo-Gibran, tetapi juga dikarenakan blunder yang telah dilakukan oleh PDIP. Menurut Burhanuddin, PDIP telah melakukan blunder dengan menarik diri dari segmen kelompok besar menuju segmen kecil tanpa adanya ‘jembatan’ yang memadai.

Bagi Burhanuddin, ‘jembatan’ yang dimaksud adalah semacam kritik terhadap kinerja Presiden Jokowi dengan bahasa yang tepat. Menurutnya, perubahan itu perlu diakomodasi dengan baik melalui ‘jembatan’ sehingga tidak terlalu drastis.

Terkait dengan analisis Burhanuddin, elite PDIP seperti Andreas Pareira dan Guntur Romli memberikan tanggapan. Guntur Romli menepis analisis Burhanuddin tentang blunder PDIP. Menurutnya, blunder sebenarnya terjadi di kubu Prabowo yang telah berhasil membangun opini tentang kedekatan dengan Jokowi, yang dianggapnya sebagai penipuan terhadap publik.

Guntur menyatakan bahwa sikap Ganjar terhadap pemerintahan Jokowi adalah untuk melanjutkan, mempercepat, dan memperbaiki. Menurutnya, pemerintahan Jokowi telah baik, tetapi masih ada aspek-aspek tertentu yang perlu diperbaiki.